Minggu, 02 Maret 2014

Mencoba lebih keras (sebuah otokritik bagi kita semua)

Mencoba lebih keras (sebuah otokritik bagi kita semua)

jo2
JakOnline - 22 Februari 2014 merupakan jadwal yang telah ditentukan oleh PT Liga Indonesia untuk pertandingan persib melawan Persija Jakarta di kandang persib, pertandingan yang ditunggu bukan hanya oleh supporter kedua tim yaitu The Jakmania dan bobotoh melainkan oleh jutaan pasang mata masyarakat Indonesia. Namun kejutan kembali terjadi, setelah sebelumnya panpel Persib beserta PT Liga Indonesia telah turun tangan untuk mendapatkan izin pertandingan dan terdengar selentingan kabar bahwa pertandingan tetap dilaksanakan dengan syarat pelarangan supporter tamu, namun Irjen Pol. M. Iriawan, Kapolda Jawa Barat tidak memberikan rekomendasi pertandingan tersebut dilaksanakan di wilayah hukumnya. Berbagai spekulasi muncul di dunia maya, mulai dari pemindahan lokasi pertandingan, pertandingan tidak jadi digelar dan persib kalah WO sampai dengan penjadwalan ulang pertandingan. Berbagai suara pun muncul atas spekulasi tersebut, namun akhirnya hari ini keputusan PT Liga Indonesia sudah jelas, pertandingan dibatalkan dan keputusan mengenai status pertandingan akan diumumkan pada tanggal 7 maret 2014.
Bagi saya, keputusan pembatalan pertandingan ini cukup merugikan Persija, mengingat hasil positif dari Persija di tiga pertandingan terakhir yang belum terkalahkan dan hasil pertandingan persib yang kalah dari Semen Padang di kandang sendiri. Menurut saya Persija berada diatas angin pada pertandingan ini, jika pertandingan di reschedule tentu saja kondisi mental akan berubah, entah seperti apakah nanti. Namun sudah terlalu banyak orang yang mencoba membahas mengenai reschedule pertandingan ini, sebagai seorang Persija lovers, saya ingin mencoba untuk membahasnya dari sudut pandang lain.
Jika kita mencoba untuk menarik pemikiran ke akar permasalahan ini, kita akan kembali ke beberapa hari sebelum hari ini, 13 Februari 2014 pertandingan antara Persita melawan Arema yang dinodai oleh aksi pelemparan kepada bus Arema yang diduga dilakukan oleh oknum bobotoh. Selanjutnya tanggal 17 Februari 2014, saat Persija berhasil menahan imbang PBR di stadion Si Jalak Harupat Soreang, Kabupaten Bandung. Pertandingan yang akan terus diingat oleh Persija lovers dimana 150an orang supporter Persija datang dan menyaksikan pertandingan tersebut langsung di stadion yang mana konon katanya merupakan kandang dari Persib juga. Suara chants dari supporter Persija terdengar jelas dari layar kaca pada sore itu, pertandingan bersejarah dan penuh romansa bagi pendukung Persija karena ini merupakan kali pertamanya seorang Bambang Pamungkas bertanding melawan Persija yang seharusnya menjadi cerita utama di setiap harian di Indonesia ternodai oleh ulah sekelompok oknum bobotoh yang kembali lagi beraksi melakukan pengepungan terhadap supporter Persija di stadion Si Jalak Harupat.
Dua kejadian tersebut mungkin cukup bagi Irjen Pol. M. Iriawan untuk memantapkan hatinya menolak memberikan izin pertandingan tanggal 22 Februari 2014 antara Persib melawan Persija Jakarta. Dalam rentang waktu kurang dari satu minggu, telah dua kali bobotoh beraksi di wilayahnya. Sangat masuk akal baginya untuk mengambil keputusan kontroversial yang merugikan (menurut bobotoh) tersebut. Lalu apakah hal tersebut menggembirakan bagi kita? Tentu saja tidak, seperti yang telah dijelaskan diatas, kita mengalami kerugian dari faktor mental, kemungkinan terbesar yang akan terjadi sekarang adalah penjadwalan ulang atau reschedule pertandingan tersebut. Apakah cukup kita memandang sebab dari masalah ini sedangkal ini saja? Sekali lagi, tentu saja tidak. Dua kali ulah bobotoh dalam rentang waktu seminggu terakhir ini jelas disebabkan oleh permusuhan The Jakmania–viking yang mungkin terlalu mendarah daging. Kejadian di Karawang terlihat diakibatkan oleh mesranya hubungan supporter Persija dan Arema, karena permusuhan ini, bahkan tim Arema pun harus menerima getahnya, apalagi pada kejadian kedua di Soreang, dendam viking pun mengantarkan mereka menghadiri pertandingan yang notabenenya bukanlah pertandingan mereka.
Permusuhan antara The Jakmania dan salah satu elemen bobotoh yaitu viking terlalu lama menjadi penyakit menahun. Bahkan penyakit ini telah menggerogoti hampir seluruh bobotoh yang menyimpan kebencian pada Persija dan The Jakmania. Saya meyakini banyak dari kita yang tidak nyaman dengan kondisi seperti ini, tapi kita selalu memberikan pembenaran berupa kita telah berupaya menghentikan permusuhan ini, hanya saja tidak ada keinginan berdamai oleh pihak satunya lagi. Lalu mau sampai kapan kita berlindung dengan alasan seperti itu? Ketika saya menginjak bangku SMA, seorang guru saya pernah berujar disaat banyak dari siswa di kelas saya gagal dalam Try Out Ujian Nasional, beliau mengatakan “Keberhasilan itu membutuhkan perjuangan yang besar. Jika kita gagal dalam satu hal, itu adalah tanda bahwa kita belum berupaya maksimal dan janganlah kita berlindung dibalik alasan bahwa kita telah berusaha.”
Bagi saya pribadi, saya sungguh merasa kesal dengan gagalnya pertandingan tanggal 22 Februari ini, saya merasa bahwa Persija dirugikan dengan batalnya pertandingan ini. Lalu dengan gagalnya pertandingan ini, apakah kita hanya dapat mengutuki lembeknya PSSI terhadap regulasi yang dibuatnya sendiri dan manjanya persib? Sudah saatnya kita mulai untuk melihat permasalahan dari pangkal kekusutannya, lebih baik kita mencoba mencoba melakukan sesuatu untuk menghentikan kemungkinan-kemungkinan kerugian yang akan dialami Persija di masa yang akan datang dari hal-hal seperti ini. Saya yakin seorang Irjen Pol. M. Iriawan yang seorang lulusan akademi kepolisian dan dengan dua gelar S1 dan dua gelar S2nya bukanlah merupakan orang bodoh yang asal melarang pertandingan. Jika permusuhan ini tidak dibiarkan dan tidak mengancam situasi kamtibmas wilayah jawa barat, pertandingan ini pasti akan terlaksana sesuai jadwal.
Apa salahnya kita belajar akan kerugian yang dialami kedua pihak sekarang ini. Mulailah coba untuk membuka kembali kemungkinan perdamaian dengan viking, jika kita telah berupaya untuk berdamai namun gagal, kita coba lebih keras lagi. Jika mereka tidak mempunyai keinginan berdamai, kita buat mereka memiliki keinginan yang sama dengan kita. Apapun caranya, cobalah sampai berhasil. Karena saya yakin kita tidak lagi ingin melihat kerugian yang dialami oleh Persija dan The Jakmania, tidak ada lagi kekhawatiran berjalan-jalan di Bandung pada hari pertandingan persib, tidak ada lagi kendaraan plat B yang hancur di pintu tol Pasteur, tidak ada lagi pertandingan menguntungkan yang ditunda, tidak ada lagi korban yang berjatuhan dan yang paling penting, kita dapat mendukung penuh Persija di semua laga kompetisinya! (@luthfighazi/JO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar