Minggu, 02 Maret 2014

Atas Nama Persija

Atas Nama Persija

IMG_0312
JakOnline - Pertandingan Pelita Bandung Raya melawan Persija Jakarta kali ini mendapat perhatian besar dari masyarakat sepakbola Indonesia. Keberadaan seorang Bambang Pamungkas Legenda Hidup Persija yang kini memperkuat PBR jadi faktor utama. Bepe yang sejak memastikan dirinya sebagai pemain profesional hanya membela 1 tim saja Persija Jakarta, kali ini harus berhadapan dengan klub yg membesarkannya. Klub yg sudah dia berikan segalanya. Tapi bagi gw, partai ini menarik ditunggu karena kedua tim banyak mengandalkan pemain2 muda. Ketika ada seorang the Jakers yg pertanyakan prediksi gw tentang partai ini, spontan gw jawab “draw”. PBR yg diperkuat banyak pemain muda berkualitas tentunya akan ngotot tuk meraih poin penuh dikandangnya sendiri.
Persija Jakarta tampil mentereng dengan kostum merahnya. Formasi awal tidak beda dengan ketika melawan Semen Padang di Jakarta. Andritany, Ismed Sofyan, Fabiano, Syahrijal, Amarzukih, Ramdani Lestaluhu, Egi Malgiansyah, Rohit Chan, April Hadi, Rahmat Afandi dan Ivan BonsJak. Pertandingan berjalan ketat, perebutan lini tengah kental terasa. Apes buat Egi Malgiansyah yg tidak sengaja ketika berebut bola dengan Bambang Pamungkas malah mengalami cedera pada lututnya. Kejutan terjadi ketika Beni Dollo memasukan Gilbert Richard menggantikan Egi. Peran Gilbert dalam ujicoba terakhir di Sawangan belum terlihat, masih terlihat kaku dan belum menyatu dengan pola permainan Persija. Terbukti, perlahan tapi pasti Pelita mulai menguasai permainan. Beberapa kali mereka bisa melakukan serangan2 cukup berbahaya ke barisan pertahanan Persija. Gaston membuktikan kualitasnya tidak hanya sebagai striker pencetak gol tapi juga mampu menciptakan peluang matang bagi rekan barunya tuk mencetak gol. Bepe berdiri bebas ketika menerima bola matang dari Gaston dan petaka itupun terjadilah. Sang Ikon yg sebelumnya sangat diidolakan para the Jakmania menunjukkan sikap profesionalnya dengan mencetak gol ke gawang Andritany, tanpa perayaan, bahkan tampak terjadi perang bathin yg tersirat di wajahnya.
Babak kedua Bepe ga berhenti dengan mencetak gol yg sangat baik. Bergerak cepat menyusup di kotak penalti Bepe memotong bola umpan persis depan gawang tanpa bisa dijangkau Andritany, 2-0 PBR unggul. Suasana stadion seperti perayaan kemenangan meski pertandingan masih panjang berjalan. Kehadiran bobotoh disana menambah riuh suasana. Perseteruan kental dengan the Jakmania membuat adrenalin mereka meningkat melihat Persija yg sudah ketinggalan 2 gol. Apalagi kedua gol tsb dicetak oleh Bepe yg sebelumnya sangat diidolai para the Jakers. Ternyata euforia mereka tidak sampai akhir pertandingan. Persija terus mengubah permainan menjadi lebih agresif. Kehadiran suporternya di stadion yg diharamkan oleh seterunya sedikit banyak mengangkat mental para pemain. Menit ke 71 Persija mendapatkan hadiah penalti yg dituntaskan dengan tendangan kencang oleh Ivan Bonsjak. PBR mulai terdesak, Persija malah makin percaya diri. Menit 81 April Hadi melesat menyundul umpan dari sayap dan gol, 2-2. PBR mencoba bangkit tapi Persija sedang dalam kondisi di atas angin. Bonsjak terus bersemangat mengejar bola memacu rekan2nya tuk bermain lebih agresif. Namun hingga peluit panjang berbunyi skor imbang tidak berubah. Hasil yg fair.
Secara keseluruhan gw menilai permainan Persija tidak istimewa. Kecepatan Musafri di sayap, permainan ngotot Risky Pelu ditengah, ternyata sulit diantisipasi para pemain kita. Di atas semua itu, para pemain kita seperti tidak terbiasa bermain dengan Bepe sebagai lawan. Banyak yg lengah. Dan Bepe memang tipe pemain yg cepat memanfaatkan kelengahan lawan menjadi hasil yg optimal. Tapi sikap Bepe setelah terjadinya gol akan menjadi drama yg dikenang sampai kapanpun oleh para pecinta sepakbola nasional. Kecintaannya pada Persija jelas nampak dalam raut muka sedih setelah menjebol gawang Andritany. Namun Persija adalah klub besar yg selalu bisa menghasilkan pemain besar. Lambang monas di dada betul2 dipahami oleh para pemain kita meski Sang Mentor dihadapannya. Skor 2-2 patut disyukuri. Di kandang lawan, tertinggal 2 gol, di bawah tekanan kelompok suporter yg lucunya timnya sedang tidak bertanding, toh anak2 Jakarta itu bisa membuktikan kualitasnya.
Gw memutuskan berangkat ke Bandung sebetulnya dadakan banget. Kondisi gw masih capek abis menghadiri acara reunian SMA di Villa Niaga Gunung Geulis Gadok Ciawi. Sampe jam 7 pagi hari itupun masih belum ada kepastian gw berangkat. Namun jam 8 pagi, merasa kondisi badan sedikit pulih, gw meluncur ke Bandung. Sampai di Stadion Jalak Harupat gw cukup kaget dengan kehadiran para the Jakers disana. Gw memang sudah tau kalo ada 4 bis yg berangkat atas inisiatif sendiri dan dari titik keberangkatan yg berbeda. Namun gw ga nyangka kalo mereka bisa mudah masuk stadion dan bis pun diparkir di seputaran stadion. Ada sekitar 150an orang Persijalovers menempati tribun di samping kanan VIP Barat. Sementara pemandangan aneh tapi nyata gw dapati di dalam stadion di hampir semua tribun yg terisi penonton. Pemandangan aneh dimana penonton yg hadir justru mayoritas menggunakan kaos biru khas bertuliskan Persib Bandung. Padahal suporter Persib dan Persija terkenal berseteru dan sering terjadi bentrokan yang berakibat kerugian masal. Memang gw akui wilayah Cimahi banyak terdapat Bobotoh Persib, tapi tetap ga masuk dalam logika gw kenapa mereka bela2in ikut nonton pertandingan yg timnya sama sekali tidak bertanding. Apakah mereka masuk golongan Persijahaters atau the Jakhaters? Entahlah.
Di dalam stadion terjadi diskriminasi dimana gerak dukungan the Jakers dibatasi. Sebagian spanduk yg dianggap provokatif diminta diturunkan. Tapi anehnya spanduk lain yg hanya menunjukkan identitas pendukung juga harus dicopot. Tidak hanya itu, para haters itu juga menyanyikan lagu2 yg tidak simpatik yg liriknya merupakan hinaan. Yg menarik, lagu2 yg mereka nyanyikan banyak justru dari lagu2 khas the Jakmania. Satu bukti lagi klo mereka sebetulnya lebih kental sebagai pemerhati the Jakmania dibandingkan mendukung tim yang sedang bertanding. Mereka juga melakukan propaganda dengan mengatakan kepada pihak polisi agar pedagang asongan dilarang masuk ke tribun kita karena kita tidak punya uang dan khawatir pedagang itu dijarah. Kasian liat para pedagang itu, setiap mereka akan bergerak masuk ke tribun kita, langsung ditarik dan dilarang. Mungkin karena dagangannya masih banyak dan dia yakin kita pasti bayar, salah satu pedagang secara sembunyi2 naik ke barisan bangku teratas dan menjual seluruh barang dagangannya ke kita.
Tidak puas dengan segala aksi tidak simpatik itu, para bobotoh, dipicu oleh bobotoh berjaket coklat dengan syal biru di lehernya mulai melakukan serangan kata2 dan lemparan. Bobotoh berjaket coklat dan berkacamata itu sempat ditangkap pihak keamanan namun hampir terjadi bentrokan dengan bobotoh lainnya yg tidak suka rekannya ditangkap. Sebagian bobotoh merapat ke pagar pembatas dan terus meneriakkan kata caci maki dan tantangan. Beruntung kejadian tidak sampai mengarah bentrok adu fisik karena kesigapan para Polisi yg ditempatkan di antara kedua kubu. Pujian juga patut disematkan pada rekan2 yg hadir disana karena mereka tidak terlalu memperdulikan segala bentuk provokasi dari tribun sebelah. Justru provokasi itu dibalas dengan nyanyian2 penuh semangat dan kadang malah memberikan applaus pada para pencaci tsb. Pemandangan berikutnya justru bikin gw terharu. Begitu sadar para suporternya tidak bisa beli air minum karena pemboikotan, para pemain Persija, diawali oleh Nanak langsung mengambil jatah minum mereka dan memberikannya pada para Persijalovers. Suatu kebersamaan yg mengingatkan gw pd tahun 2001 di Makassar.
Sesuai permintaan Kapolres Soreang yg berdiskusi dengan Irlan selaku perwakilan suporter Persija, kita diminta untuk tidak meninggalkan stadion sampai suasana di luar dianggap cukup aman. Skenario pertama kita diminta nunggu di stadion sementara Bis kita diminta langsung menuju tol dan menunggu di kilometer tertentu. Namun entah bagaimana caranya, skenario ini tercium dan di twitter Bobotoh yg beredar terlihat mereka sedang mengerahkan massa menuju lokasi bis2 kita. Akibatnya bis itu tidak berani nunggu lebih lama dan memilih pulang langsung ke Jakarta. Jadilah kita musafir yg menunggu hingga stadion gelap gulita. Secara bergiliran rombongan kita mulai keluar tuk membeli makan yg dijajakan pedagang di sekitar stadion. Selain kita masih ada crew Antv yg juga terjebak tidak bisa keluar dan puluhan Polisi yg berjaga-jaga disana. Menurut info dari bapak2 kepolisian, diluar terjadi amukan bobotoh dengan sasaran mobil2 berplat B. Sabar menunggu, akhirnya satu persatu rombongan digiring oleh Polisi menuju tempat yang lebih aman. Sempat terjadi ketegangan ketika Polisi mendapati seorang tak dikenal yg diduga kuat sebagai informan yg bertugas memberi kabar ke bobotoh tentang situasi atau cara Polisi mengevakuasi suporter Persija. Tercatat 142 orang dievakuasi oleh Polres Soreang menuju lokasi yg aman dengan kendaraan seadanya yg kebetulan kita dapati melintas di tol.
Alhamdulilah 142 orang anggota rombongan bisa tiba dengan selamat di Jakarta. Namun ada beberapa catatan yang tampaknya gw harus berbagi tuk sekedar mengingatkan pada semua the jakmania. Yg pertama yg harus dipahami oleh temen2 yg di jakarta, dalam kondisi seperti ini, alat komunikasi menjadi hal terpenting bagi kami. Namun rasa penasaran temen2 di Jakarta membuat mereka berlomba-lomba nanya ke gw tentang kondisi di stadion. Akibatnya hape dan bb gw low bat dan berujung menjadi kesulitan menghubungi orang2 yg gw anggap bisa bantu cari bis tuk rombongan. Yg kedua, banyak rekan2 di Jakarta yg mengucapkan selamat jalan bagi yg berangkat mendukung Persija di SJH. Ucapan di twitter ini justru memancing para bobotoh untuk hadir ke stadion atau sekitarnya tuk melakukan pencegatan. Demikian juga dengan banyaknya foto2 beredar di dumay tentang kondisi terakhir kita. Bahkan ketika sudah sampai di Jakarta, keesokan harinya gw mendapat broadcast dari seorang rekan tentang kronologi evakuasi kami disana. Suatu hal yg sebetulnya justru tidak perlu diumbar karena itu bagian dari strategi polisi tuk mengamankan kami.
Beberapa hari kemudian juga terjadi perang di dunia maya antara bobotoh dan the Jakmania. Kata2 provokatif, hinaan, caci maki, dan gambar2 rasis menjadi trending topic di twitter. Waduh, harusnya teman2 yang berangkat ke SJH itu sadar klo kita bertandang ke kandang Pelita Bandung Raya bukan Persib Bandung. Andaikan hari itu Persija bertanding melawan Persib Bandung, sangat kecil kemungkinan kita bisa leluasa masuk dan memberikan dukungan pada tim kesayangan. Demikian juga dengan kondisi di dalam stadion. Sikap bobotoh yg tidak melakukan penyerangan langsung ke kita secara fisik harusnya itu dipahami kalo mereka masih bisa menahan diri, dan juga sebagian dari mereka tidak mendukung rekan2nya tuk melakukan penyerangan kepada kita. Ayolah Guys, sikap jumawa atau sombong adalah salah satu sikap yang dibenci oleh Allah SWT. Dan bila Allah tidak memberikan perlindungan pada kita, tentunya kita akan mendapatkan pengalaman yang jauh berbeda dari kemarin. Atau kalian memang ingin melestarikan permusuhan ini, sementara kalian sendiri seringkali menghujat Panglima Viking yg mengucapkan kata2 melestarikan permusuhan. Gw tidak mengajak kalian tuk berdamai, gw cuma ingin kalian tidak menjadi orang2 sombong, gw cuma ingin kalian menjadi Persijalovers bukan Vikinghaters. (Bung Ferry – JO)
ATAS NAMA PERSIJA, Bepe menunjukkan sikap sedih ketika menjebol gawang Andretany.
ATAS NAMA PERSIJA, anak2 muda berlambang monas di dada menunjukkan permainan bermental baja untuk terus mengejar ketinggalan hingga peluit akhir berbunyi.
dan ATAS NAMA PERSIJA, 142 anak muda membulatkan tekad tuk hadir ke stadion Jalak Harupat meski resiko besar menanti di depan.
lalu ATAS NAMA PERSIJA, kita harus bisa menahan diri tuk tidak menodai olahraga yg penuh sportifitas ini dengan mengumbar emosi, memperuncing masalah, dan menebar kebencian pada siapapun.
Keep Cool Guys, we are JAKARTANS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar